Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum.Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah.
Berdasarkan buku yang berjudul “Argumentasi dan Narasi” Gorys Keraf, Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir (penalaran yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk kesimpulan).
Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung.
a.Penarikan simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat menarik simpulan.
Contoh Penarikan Simpulan secara langsung:
Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
b.Penarikan Simpulan secara tidak langsung
Untuk penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis tersebut akan menghasilkan sebuah simpulan.
Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus yaitu Silogisme.
Pengertian Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;
a.Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua
premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Kategorial
•Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
•Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
•Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
•Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
•Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
•Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
•Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
•Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
b.Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotesis, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis :
•Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika panas saya pakai payung.(mayor)
Sekarang panas.(minor)
Saya pakai payung (konklusi).
•Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika kemarau, bumi akan kering (mayor).
Sekarang bumi telah kering (minor).
∴kemarau telah datang (konklusi)
•Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Kegelisahan tidak akan timbul.
•Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
c. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Nani berada di Jakarta atau Yogyakarta
Nenek Nani berada di Jakarta
Jadi, Nenek Nani tidak berada di Yogyakara
d. Entimen
Entimem atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis sylogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.[1] Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi.
contoh :
a.Pegawai yang baik selalu tepat waktu.
Haryono pegawai yang baik.
Haryono selalu tepat waktu.
Entimem : Haryono selalu tepat waktu karena ia pegawai yang baik.
b.Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
http://fardhinisabila.blogspot.com/2012/03/penalaran-deduktif.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Entimem
contoh :
a.Pegawai yang baik selalu tepat waktu.
Haryono pegawai yang baik.
Haryono selalu tepat waktu.
Entimem : Haryono selalu tepat waktu karena ia pegawai yang baik.
b.Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
http://fardhinisabila.blogspot.com/2012/03/penalaran-deduktif.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Entimem
Keraf, Gorys. dalam buku 1982. Argumentasi dan Narasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar