a. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses cara berpikir yang dilakukan dengan bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, lalu berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, banyak orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya itu tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Menurut Gorys Keraf Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghubungkan fakta – fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan yang logis.Penalaran tidak hanya dapat dilakukan dengan memakai fakta – fakta yang polos, tetapi penalaran juga dapat menggunakan fakta – fakta yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk mepunyai penalaran yang sangat peka terhadap setiap mata kuliahmaupun keadaan yang terjadi disekitarnya.
b. Proposisi
Proposisi ialah suatu kalimat yang menyatakan hubungan antara dua atau beberapa hal yang dinilai benar atau salah. Dengan kata lain, Proposisi sebagai pernyataan yang didalamnya manusia
Didalam proposisi mengandung unsur-unsur dalam kalimatnya,yaitu :
(a) Term subyek : Hal yang berhubungan dengan pengakuan atau pengingkaran ditujukan. Term subyek dalam sebuah proposisi disebut subyek logis. Ada perbedaan antara subyek logis dengan subyek dalam sebuah kalimat. Tentang subyek logis harus ada penegasan/pengingkaran sesuatu tentangnya.
(b) Term predikat : Isi pengakuan atau pengingkaran itu sendiri (apa yang diakui atau diingkari). Term predikat dalam sebuah proposisi adalah predikat logis yaitu apa yang ditegaskan/diingkari tentang subyek.
( c ) Kopula : Penghubung antara term subyek dan term predikat dan sekaligus memberi bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan yang terjadi.
Jadi fungsi kopula ada tiga:
- Untuk menghubungkan subyek dan predikat
- Untuk menyatakan subyek itu sungguh-sungguh berada
- Untuk menyatakan cara mana subyek berada.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dibagi ke dalam 4 aspek, yaitu:
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas
c. Inferensi
Inferensi merupakan intisari informasi baru yang bersifat implisit dan eksplisit dari informasi yang diberikan (Cummings, 1999).Proses inferensi terjadi ketika dalam proses yang dapat digunakan oleh lawan bicara untuk memperoleh implikatur-implikatur dari ujaran penutur yang dikombinasikan dengan ciri konteks pada dasarnya merupakan proses inferensi tidak diberikan sebelumnya, melainkan pendengar memilih konteks dengan sendirinya. Dan Inferensi terdiri dari tiga hal, yaitu inferensi deduktif, inferensi elaboratif, dan inferensi percakapan (Cummings, 1999)
d. Implikasi
Dalam Implikasi ada keterlibatan atau keadaan terlibat(nomina). Yg termasuk atau tersimpul ialah yg tersugestikan tetapi tidak dinyatakan (nomina).
Nomina
1.Keterlibatan atau keadaan terlibat(nomina)
Contoh:
~ manusia sbg objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya;
2. Yang termasuk atau tersimpul; yg disugestikan, tetapi tidak dinyatakan (nomina)
Contoh:
apakah ada ~ dl pertanyaan itu?;
e. Wujud evidensi
Evidensi adalah semua kesaksian,semua informasi atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampuradukan dengan apa yang di kenal sebagai pernyataan atau penegasan dalam wujud yang paling rendah.
Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
f. Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran haruslah merupakan fakta. Oleh karena hal itu diadakan pengujian data melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian data tersebut yaitu :
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
g. Cara menguji fakta
Jika kita mempunyai sebuah data dan kita ingin menguji apakah data tersebut itu fakta atau tidak, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
h. Cara menguji autoritas
Untuk menguji autoritas, Seorang penulis yang objektif selalu menghnidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
Sumber:
Keraf, Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar